Saturday, August 26, 2006

Pada mulanya adalah mimpi

*******
Laan van Kronenburg 431, 26 Augustus 2006

Hallo Rindu,

Aku sungguh-sungguh merindukanmu saat ini. Apa kabarmu? Aku yakin engkau pasti baik-baik saja. Aku menduga engkau sedang bersiap tidur sekarang, saat aku disini masih bertarung melawan jet lag. Sekarang di sini, di Belanda, masih pukul 16.30 jadi di tempatmu sudah pukul 21.30 WIB. Jam ini biasanya aku juga sudah bersiap tidur. Kalau aku tidur sekarang, aku akan terbangun pukul 02.00 dan tidak bisa tidur lagi karena itu berarti jam 07.00 WIB. Jam biologisku harus diubah untuk mengikuti jam sini, sehingga aku memaksa diri tidak tidur saat ini hingga jam 10.00.

Oh ya, aku berjanji bercerita padamu apa dan bagaimana aku bisa sampai melanglang buana ke negeri kincir angin ini. Okay. Hal itu pertama kali dipicu oleh mimpi yang kupercaya merupakan "legenda pribadi"ku yaitu melanjutkan sekolah dan mengambil gelar Master atau Ph.D di luar negeri. Sejak empat tahun lalu, tepatnya setelah lulus dan sedang mengambil kuliah untuk mendapatkan gelar apoteker sebagai kelanjutan Sarjana Farmasi yang kudapat, aku mulai hunting di internet untuk memperoleh informasi mengenai jalur yang bisa kutempuh untuk mewujudkan "legenda pribadi"ku. Aku sadar, aku tidak mungkin minta orang tua maupun menabung sekuat apapun untuk mewujudkan mimpi ini. Aku harus berjuang untuk dapat beasiswa dengan restu orang-orang yang mengasihi aku tentunya.

Berdasarkan informasi yang kuperoleh dari internet, terbuka 1 jalur yang mungkin saat itu, yaitu Australian Development Scholarship (ADS) yang merupakan beasiswa dari Pemerintah Australia. Berdasarkan info yang kuperoleh di http://www.adsjakarta.or.id/, persyaratan utama adalah IPK minimum 2,9 dan Institutional TOEFL 500. Saat itu aku berpikir, "Kayanya aku bisa deh."
Lalu aku mencoba cari lebih banyak informasi dan kutemukan bahwa salah satu pacar temanku sekelas ada yang akan berangkat ke Aussie dengan beasiswa ADS dan salah satu Professor yang sangat kusegani di kampus memperoleh gelar Master dan Ph.D-nya di Aussie. Saat ketemu dengan pacar temanku yang selalu menjemput di siang hari seusai kuliah profesi, aku selalu bertanya mengenai pengisian formulir dan prosedur yang dia lalui sehingga bisa memperoleh beasiswa ADS. Aku dapat bocoran bahwa TOEFL-like pun boleh dan akan lebih baik bisa dapat rekomendasi dari Professor sebidang di Indonesia yang disegani orang Aussie maupun Professor Aussie tempat akan sekolah. Katanya akan menambah poin saat wawancara tentang "kesiapan". Namun sayang, mungkin rekomendasi-rekomendasi tersebut bagiku tidak berguna. Aku akan
ceritakan nanti mengapa.

Aku pun mulai download formulir. Ah, ternyata aku sudah terlambat. Saat itu Maret 2002 dan ADS biasanya membuka pendaftaran pada bulan Agustus-September. Namun aku masih bisa mempelajari form yang tahun 2002 yang paling lambat dikirim September 2001. Berdasarkan form tersebut aku mulai melengkapi dokumen yang dibutuhkan. Semua aku sudah punya, tinggal rekomendasi dari Professor di Indonesia dan Aussie dan Outline Proposed Research Project, dan hasil tes TOEFL. Eh, jadi sadar kalau tidak bisa dibilang "tinggal", tapi kan lebih
baik optimis toch?

Ah, aku kira kau sudah menguap lebih dari 7 kali. Sekarang sudah pukul 17.20 disini atau pukul 22.20 WIB. Aku mandi dulu. Maklum orang Indonesia, meskipun Meylin, tetanggaku yang cantik heran melihat aku mandi dua kali sehari. Katanya kulit jadi lebih kering dan mudah luka jika keseringan mandi di Negeri yang anginnya sangat dingin ini.

Sampai di sini dulu. Aku akan teruskan nanti setelah mandi.

Beste,
Seta Mulia

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home