Saturday, January 19, 2008

Impulsif

Seorang rekan dosgil melontarkan istilah "impulsif" ketika membahas tentang kisah-kisah mengejar cinta. Hm..hm..hm.. ketika didiskusikan lebih lanjut baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri, dosgil menyadari bahwa ciri kuat dirinya adalah impulsif ketika perasaan tidak bisa dikendalikan. Dari diskusi lebih lanjut tersebut kemudian didapati bahwa impulsif bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan diri karena ada sesuatu di luar kendali. Singkatnya demikian, ketemu orang (baik sengaja gak disengaja, inisiatif sendiri atau dikenalkan orang lain atau terpaksa kenalan karena hubungan profesional, atau kenal karena ngeblog, friendster, facebook etc ....) lalu sel-sel dalam tubuh "yang katanya memiliki memory" mengirimkan sinyal-sinyal bahwa tubuh kita menyukai orang itu dan ingin selalu bersamanya, memilikinya. Istilah yang biasa dipakai adalah "jatuh cinta" (atau jatuh hati ketika seseorang dilarang jatuh cinta).

Ciri-ciri orang yang sedang nandang wuyung (jatuh hati dalam bahasa Jawa):
mangan ra doyan (tidak doyan makan)
ra jenak dolan (tidak nyaman saat "jalan-jalan")

ning omah bingung (di rumah saja bingung)
maunya ketemu dan selalu bersama dengan orang yang dijatuhi hati.

Secara kimia, oksitosin dan feniletilamin sering dipersalahkan terkait terjadinya proses jatuh hati ini yang kemudian menimbulkan efek-efek seperti yang sudah disebutkan. Proses sosial dan psikologi seseorang yang didapat sebelum senyawa-senyawa cinta tersebut diaktifkan diduga sangat berpengaruh dalam mekanisme "pertahanan diri" orang tersebut menghadapi proses alami yang disebut "jatuh hati" ini. Salah satunya adalah mengikuti perasaan tersebut dan berusaha memastikan apa-apa yang diluar kendali karena tubuhnya kesulitan menerima adanya hal-hal diluar kendali "permainan kuasa" orang tersebut, alias menjadi impulsif.

So, ketika anda jatuh hati dan
1. anda tidak mungkin punya masa depan (dalam hal ini lebih ke membangun rumah tangga bersama) dengan orang yang anda jatuhi hati
atau
2. anda jelas-jelas memiliki perbedaan cita-cita dengan orang yang dijatuhi hati dan kemungkinan besar akan berdampak pada "masa depan"
apa yang akan anda lakukan?

Kalau si dosgil, mungkin dia hanya akan mengikuti kata hatinya dan bersiap dengan segala resiko yang akan dihadapinya. Egois memang, karena sangat tidak bertanggung jawab dan mengabaikan resiko yang dihadapi oleh orang yang dia jatuhi cinta. Mungkin dengan bergulirnya waktu reaksi kimia cinta dalam tubuhnya semakin bisa dikenali dan dihadapi dengan lebih bertanggung jawab.

1 Comments:

At Jan 21, 2008, 4:12:00 PM , Blogger binsar pakpahan said...

nah ciri2 itu ada pada dirimu nad. sedangkan aku yang sedang mencari belum merasakannya. aneh kan? masalah tanggung jawab memang berat kawan hahaha... ketika kita harus mempertanggungjawabkan tindakan yang lahir dari impuls kita, maka melakukannya akan jadi lebih sulit lagi. pikir2 dahulu lah.
kalau masalah perbedaan cita2 masih bisa didiskusikan. masalahnya target yang belom pasti hahaha!

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home