Wednesday, September 27, 2006

Sepucuk surat dari Rindu

Ytk. Kak Seta,

Aku sengaja makai kata "ytk." biar Kakak sendiri mengartikan apakah artinya "yang terkasih" atau "yang terkutuk", atau kalau mau ya bisa saja jadi "yang terkutuk kekasihku". Aku protes karena Kakak menulis cerita tentang ce'-ce' lain di hati Kakak dengan tenang dan tanpa perasaan. Kakak gak pernah berubah dan tidak mau berubah dari dulu, sejak tahun 2000 saat kita bertemu. Aku kan pernah bilang pada Kakak, "Kakak memang tidak tahu perasaan wanita". Kakak pasti lupa akan perkataanku saat itu. Sudahlah ....

Kak Seta, terima kasih Kakak masih mengirimku kabar dan perhatian yang Kakak curahkan untuk Dinda. Namun ada yang lebih berhak akan itu Kak. Ingat Kakak sudah memilih untuk menikah dengan Kak Eta. Aku tidak bisa terus begini. Sudahlah Kak, jadilah Kakakku saja dan curahkanlah perhatian Kakak untuk Kak Eta. Aku masih sayang Kakak koq. Dinda dan aku juga tidak akan pernah mengusir Kakak jika Kakak nanti mampir ke rumah. Surat-surat Kakak juga akan selalu kubuka.

Sekarang saat Kakak sedang merasa "sendiri", aku sudah hampir dua minggu tidak mendapat kabar dari Kakak. Sudah dua minggu dan aku hanya bisa merasakan bahwa Kakak sedang "tertatih-tatih" di sana. Aku tahu siapa yang Kakak hubungi dan mampu menguatkan Kakak saat ini sehingga Kakak "lupa" padaku. Pasti Kak Eta, dan itu sudah layak dan sepantasnya. Kakak harusnya menyadari itu. Aku memang harus pergi dari kehidupan Kakak, namun aku tidak pernah bisa menghindari sapaan Kakak dan menghindari untuk tidak menyapa Kakak.

.....

Aku tidak tahu harus menulis apalagi selain selamat berjuang dan jangan pernah putus asa. Apa yang Kakak punya sudah cukup untuk "menikmati hari-hari" di Belanda sana. Kakak harus ingat bahwa Kakak sudah punya Tuhan. Kalau Kakak masih kuatir dan lain-lain berarti Kakak masih meragukan "kasih karunia"Nya.

Salam damai sejahtera karena aku tidak merasa berhak menulis salam kangen,
Rindu

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home