Sunday, February 10, 2008

Memeluk Kenyataan (Secangkir Teh Panas untuk Tecra)

lanjutan dari posting sebelumnya

Sudah lebih dari 24 jam, dosgil menyaksikan "jasad" Tecra 8100 yang tergolek tidak berdaya di meja belajar di samping tempat tidur. Dosgil tersenyum setiap matanya beradu pandang dengan LCD hitam yang seperti memanggil-manggil dengan lemah, karena dalam lamunan, angannya terbang ke saat-saat indah dan kadang saat-saat menegangkan sejak si mungil Tecra berada dalam pelukannya, 3 tahun silam.

Hari ini, dosgil menemukan sekeping mukjijat yang luar biasa (Syukur kepada Allah). Sesaat setelah Tecra menghembuskan "nafas terakhirnya", dosgil menceritakan ke semua pihak yang bisa dikontak via telpon termasuk sambil tergopoh-gopoh mendatangi CPPC untuk numpang on line sambil mengabarkan berita ini pada komunitas maya si dosgil. Sepulang dari tempat CPPC, dosgil menyalakan Dji Sam Soe yang sudah pernah dinyalakan hari sebelumnya. Dan tiba-tiba teringat olehnya, rekan seperjuangan dari Indonesia yang sama-sama berjuang mengibarkan bendera merah putih di tanah Belanda (halah...) yang sepertinya memiliki "seonggok barang yang seperti tak berguna di sudut kamarnya menunggu mati, berupa komputer jaman jebot (CPU dengan monitor tabung) dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda dengan Tecra (alm). Rekan tersebut biasa dipanggil Chauft, kekasih dari si tikus ilang. Setelah dosgil kontak dengan Chauft sambil tersedu-sedu (bagian tersedu-sedu ini boong :p )menceritakan "pergi"nya Tecra, Chauft pun mencoba membesarkan hati dosgil, bahwa seonggok barang yang seperti tak berguna di sudut kamarnya menunggu mati" (kepanjangan mari kita sebut saja si Itcha, alias "istri tua" Chauft) masih bisa dipakai dengan normal dan dapat di[injam oleh dosgil untuk sementara, dan Chauft berjanji akan mengontak dosgil bila sudah dekat di kamar mungilnya. Tidak jauh dari "kandang beruang"nya dosgil.

Baiklah, sembari menunggu Chauft, kita kenang saat-saat terakhir kehidupan Tecra 8100 ini. Jadi, setelah dosgil masuk kamar dan berganti pakaian, dosgil menyalakan water heater dan dengan air panasnya membuat segelas teh panas. Nah, salah satu kebiasaan buruk dosgil yang sudah dingatkan banyak orang adalah: menaruh gelas penuh cairan disamping laptop yang sedang menjalankan fungsinya. Dosgil hanya tersenyum dan menjawab dengan argumentasi yang lemah atau mengalihkan pembicaraam tiap kali diingatkan. Dan saat itu, kebiasaan tadi berakibat fatal: saat dosgil memutar badan untuk mengambil agenda, siku dosgil tidak sengaja menyenggol gelas penuh dengan teh tersebut dan membuat si mungil Tecra "menikmati" teh tersebut dan kemudian pamitan. Si mungil Tecra "pergi" tepat 24 jam setelah menghantarkan dosgil menyelesaikan tahapan akhir studi S2-nya, presentasi master thesis. Dosgil sambil melihat langit-langit terkenang kembali saat dia memutuskan untuk mengganti Fujitsu Pentium IInya dengan Tecra ini 3 tahun silam. Fujitsu sudah harus diganti karena baterai sudah tidak berfungsi sehingga kalau mati lampu, bye-bye, data yang belum di-save dapat dipastikan bablas. Nah saat akan tukar tambah, dosil langsung jatuh cinta pada Tecra 8100 ini yang berstatus "janda" yang tersenyum manis di sudut toko laptop bekas di perempatan jakal-ringroad, Yogyakarta. Sejak saat itu, si mungil Tecra sah menjadi pendamping dosgil, namun baru jatuh kepelukan dosgil beberapa hari setelah dosgil meminta beberapa aplikasi untuk di-install di dalamnya untuk mempermolek kinerja si Tecra ini. Kalau menghitung jasa si Tecra, jelaslah sejak saat itu menjadi pendamping dosgil dalam mempersiapkan bahan kuliah, jadi pendamping setia saat memberikan kuliah, tempat adu pendapat soal penelitian, dan juga pemberi hiburan saat ngelangut sendiri. Sempat Tecra ngambek sesaat mau diajak ke Belanda, yang akhirnya dosgil mengambil keputusan untuk "menyekolahkan" Tecra supaya upgrade kemampuan dari 12 GB, CD-ROM, dan RAM 64 menjadi 40 GB, DVD/CDRW, dan RAM 256. Dan Tecra menjadi lebih powerful. Setelah bersama dosgil melintasi benua dan samudra, mendaratlah Tecra ini ke Belanda, menjadi tumpuan dosgil dalam berkomunikasi dan menempuh kehidupan di negeri asing. Tugas demi tugas selesai lewat bantuan tangan dingin si Tecra. Postingan di tempat nongkrong juga meningkat drastis sehingga bisa semakin erat di komunitas maya. Major Project, Minor Project, Master Thesis pun dilewatinya dengan gagah berani meski jika dibanding laptop pecinta Mac seperti milik Bidadari dari Apelonia yang lagi menjamur di blantika mahasiswa saat ini, si Tecra kelihatan dekil namun tangguh. Dan setelah menghantarkan dosgil menghela nafas lega selesai presentasi master thesis. Tecra berpulang. Sekali lagi, selamat jalan Tecra, terima kasih.

Haish..haish .. segitunya.. Sudah.. sudah.. sudah cukup. Nanti masih bisa dibawa pulang ke Indo dan diakali disana. Orang Indo kan banyak akal ..hua..ha..ha..ha..
Mari kita kembali ke Itcha .. hm..hm.. koq sepertinya kepanjangan ya posting kali ini. Kita lanjut kali lain deh.

Merdeka!

3 Comments:

At Feb 11, 2008, 10:53:00 PM , Blogger binsar pakpahan said...

turut berduka juga nad. tecra ku meski belom diupgrade tetap nyala dan masih dipake dengan gagahnya. memang dia ga suka minum teh sih hahaha... sabar.., ini pertanda harus beli yg baru kan!

 
At Feb 16, 2008, 7:22:00 AM , Blogger Iman Brotoseno said...

kalau urusan ngoprek..memang orang Indonesia jagonya...he he

 
At Feb 25, 2008, 11:08:00 AM , Blogger Unknown said...

namanya keren tuh.. itcha :D

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home