Wednesday, January 30, 2008

Menulis dan menulis ....

Ketika hendak memulai (lagi) menulis di blog ini, sempat terpikir apakah mungkin bisa meng-update blog ini dengan rutin. Dan ternyata memang masih jauh dari yang diharapkan. Untuk update kali ini ... menulis puisi aja deh.

Malam Sudah Hadir Lagi

kemana bintang
kemana bulan
kemana lampu sepedaku
ah.. aku lupa

Saturday, January 19, 2008

Blog's reading level?

Haduh berat juga ya baca blog ini ....

blog readability test

Movie Reviews

Impulsif

Seorang rekan dosgil melontarkan istilah "impulsif" ketika membahas tentang kisah-kisah mengejar cinta. Hm..hm..hm.. ketika didiskusikan lebih lanjut baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri, dosgil menyadari bahwa ciri kuat dirinya adalah impulsif ketika perasaan tidak bisa dikendalikan. Dari diskusi lebih lanjut tersebut kemudian didapati bahwa impulsif bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan diri karena ada sesuatu di luar kendali. Singkatnya demikian, ketemu orang (baik sengaja gak disengaja, inisiatif sendiri atau dikenalkan orang lain atau terpaksa kenalan karena hubungan profesional, atau kenal karena ngeblog, friendster, facebook etc ....) lalu sel-sel dalam tubuh "yang katanya memiliki memory" mengirimkan sinyal-sinyal bahwa tubuh kita menyukai orang itu dan ingin selalu bersamanya, memilikinya. Istilah yang biasa dipakai adalah "jatuh cinta" (atau jatuh hati ketika seseorang dilarang jatuh cinta).

Ciri-ciri orang yang sedang nandang wuyung (jatuh hati dalam bahasa Jawa):
mangan ra doyan (tidak doyan makan)
ra jenak dolan (tidak nyaman saat "jalan-jalan")

ning omah bingung (di rumah saja bingung)
maunya ketemu dan selalu bersama dengan orang yang dijatuhi hati.

Secara kimia, oksitosin dan feniletilamin sering dipersalahkan terkait terjadinya proses jatuh hati ini yang kemudian menimbulkan efek-efek seperti yang sudah disebutkan. Proses sosial dan psikologi seseorang yang didapat sebelum senyawa-senyawa cinta tersebut diaktifkan diduga sangat berpengaruh dalam mekanisme "pertahanan diri" orang tersebut menghadapi proses alami yang disebut "jatuh hati" ini. Salah satunya adalah mengikuti perasaan tersebut dan berusaha memastikan apa-apa yang diluar kendali karena tubuhnya kesulitan menerima adanya hal-hal diluar kendali "permainan kuasa" orang tersebut, alias menjadi impulsif.

So, ketika anda jatuh hati dan
1. anda tidak mungkin punya masa depan (dalam hal ini lebih ke membangun rumah tangga bersama) dengan orang yang anda jatuhi hati
atau
2. anda jelas-jelas memiliki perbedaan cita-cita dengan orang yang dijatuhi hati dan kemungkinan besar akan berdampak pada "masa depan"
apa yang akan anda lakukan?

Kalau si dosgil, mungkin dia hanya akan mengikuti kata hatinya dan bersiap dengan segala resiko yang akan dihadapinya. Egois memang, karena sangat tidak bertanggung jawab dan mengabaikan resiko yang dihadapi oleh orang yang dia jatuhi cinta. Mungkin dengan bergulirnya waktu reaksi kimia cinta dalam tubuhnya semakin bisa dikenali dan dihadapi dengan lebih bertanggung jawab.

Thursday, January 17, 2008

Excited ....

Hm...., CPCC menulis teori dua cinta di blognya based on his own experiences. Dosgil jadi teringat sebuah novel karya Paulo Coelho yang berjudul The Zahir. Sebuah novel yang menguatkan dosgil untuk mengakhiri masa lajang. Wah, jangan ditanya beratnya berpisah dengan belahan jiwa (mungkin Seta sudah cukup banyak bercerita), namun setiap perjuangan memang membutuhkan pengorbanan. Apalagi perjuangan mewujudkan mimpi.

Lho apa hubungan teori dua cinta, the zahir dan perjuangan mewujudkan mimpi? Dosgil berpendapat bahwa mendua merupakan percikan dari rasa, dan the zahir berkisah cukup apik tentang cinta sejati, sedangkan perjuangan mewujudkan mimpi sangat boleh jadi memisahkan seorang pribadi dengan cinta sejatinya dan terjebak dalam percikan-percikan rasa. Menghindarinya? Merupakan salah satu solusi. Namun dosgil sepertinya tidak akan menghindar dari percikan-percikan rasa, melainkan mengikutinya dan menghadapinya. Apapun resiko yang dihadapi. Hah?

(Hati nurani kembali berteriak: Ingat thesis, masih perlu direvisi tuh!)

Oh iya, hari ini dosgil menghabiskan waktunya lagi dengan sia-sia terkait thesis. Tapi lumayan, si dosgil sempat berdebat di tempat nongkrong yang sudah tidak down lagi, ambil BSN, dan menonton Voltus V sampai selesai. Hua..ha..ha..ha.. Besok mulai revisi, dosgil berjanji ... gak ada lagi yang boleh men-distract diri si dosgil. Eh gak ding, memang baru besok dapat umpan balik dari spv. Haduh besok malam kan ada acara PPI. Semangat .....! Mensugesti diri sendiri to be excited....

Dan 8 menit lagi sudah jadi besok. Hari ini 3 postingan .. Fiuh ....

Tempat nongkrong masih down ...

Ho..ho..ho...

Tempat nongkrong masih down. Si dosgil dah balik dari "kantor kecamatan" ambil BSN (as described previously, BSN = NPWP kalau di Indo), hmpff... lumayan katanya, lumayan olahraga naik sepeda di tengah udara segar dan tidak diguyur hujan. Habis kamarnya sumpek dan "berasap" setelah mencoba masak sate sapi dan gosong ho...ho...ho.....

Perjalanan ke "kantor kecamatan" dimulai dari keluar kamar yang berhati nyam-nyam. Si dosgil melewati labirin menuju pintu keluar hospitium. Membuka kunci sepeda, dan mulai mengendarai sepeda ke arah tram/metro halte Kronenburg.

Sepanjang perjalanan, si dosgil yang biasa tersesat mencoba mengingat jalur sepeda ke arah "kantor kecamatan. Yuhuiiiiiiii... kali ini tidak tersesat karena dulu saat diantar Mas Hari, si dosgil dipaksa menghapal jalan dengan melihat google earth. Proses di kantor kecamatan cukup cepat dan efektif, bayar 8.5 euro dapat BSN. Hore..hore..hore... Semoga proses lainnya lancar. Masih menunggu ijin kerja nih dari imigrasi (Suara hati berkata ..... wahai dosgil selesaikan dulu tuh thesismu ... dan jangan lupa dibackup, nanti hilang nangis bombay dirimu seperti CPCC)

Oke ... oke...

Maka sepulang dari kantor kecamatan dan melihat tempat nongkrong masih down, si dosgil menulis posting ini dan bersiap tidur siang (lho koq malah tidur siang sih?)

Rapat PPI-A Alternatif

Si dosgil (kepanjangan kalau harus nulis "dosen gila" terus) melewati hari kemarin dengan sia-sia sepertinya. Setelah semalam suntuk hampir tidak tidur karena berbalas pantun, eh berbalas kata-kata (sok) romantis dengan Bidadari di Apelonia, si dosgil tertidur dengan suksesnya di kandang beruang (alias hospitium 431) yang berhati nyaman sampai jam 11.00 seperti yang tertulis di layar hape-nya.

Seperti biasa, bangun tidur, si dosgil langsung nongkrongin tempat dia biasa nongkrong dan mem-posting komen-komen yang (sangat sering tidak) dirasa penting. Ritual lanjutannya adalah makan siang dengan terburu-buru, bersepeda ke kampus untuk sekedar unjuk muka, nyari kompie kosong di lab kom untuk nongkrong lagi, dan berjalan pelan dengan muka sendu tak tentu arah karena lab kom penuh semua ("crazy" komen ce' cakep bernama Azr*, teman sekelasku .... ; Eh si Azr* ini komen karena lab kom penuh bukan karena si dosgil berjalan tak tentu arah, yang sebenarnya juga layak disebut crazy .... kwa..kwa..kwa.. ).

Ketemulah si dosgil dengan Gubernur Jenderal PPI-A Alternatif (untuk lebih lengkap mengenai PPI-A altenatif silakan klik disini) yang baru balik konsolidasi dengan tukang urus izin kerja. Bersama Sang GubJend, si dosgil bergerak ke kediaman Calon Pendeta pencari Cinta alias CPPC. Setelah sebatang dua batang rokok A-mild yang dibawa Sang GubJend dari negeri tercinta, Indonesia, tiga lelaki terlihat keluar dari hospitium (kediaman para alien yang sedang ada urusan akademik sehingga perlu ditatar di universitas merdeka cabang Amsterdam) dan bergerak menuju Villa Amstel, markas darurat PPI-A Alternatif. Agenda rapat kali ini adalah cha sayur ala Permaisuri Jenderal dan mie goreng ala "Anak Beruang". Si dosgil kali ini menuntaskan tugasnya dengan sempurna membersihkan makanan di piring-piring dan dimasukkan ke "gudang pribadinya" (alias perut yang siap menampung segala jenis makanan), membuat CPPC lebih mudah dalam menyelesaikan tugasnya membuat piring-piring bersih dari noda dan siap untuk digunakan lagi.

Rapat selesai .... menanti pertemuan akbar hari Jum'at besok. Dan si dosgil bergegas pulang untuk menyapa Bidadari di Apelonia ..

tuinggggg
tuinggggg

tidak ada jawaban....

kenyang dan capek membuat si dosen gila tertidur nyenyak dengan mimpi indah malam itu berupa rapat lagi dengan menu sate ayam kranggan dan mie goreng Pak Bo serta soto sulungnya mama ..hm..hm..hm... (ketauan kalau lagi homesikc neeehhhh)

bangun tidur pagi ini, tidak yang harus dikerjakan (sebuah denial karena harusnya merevisi thesis), si dosgil mau nongkrong tapi tempat biasa nongkrong sedang down. Ya sudahlah ... posting tulisan ini sajalah. Sambil posting tulisan ini si dosgil berenacana untuk bergerak menuju "kecamatan" Amstelveen guna meminta BSN (semacam nomor pokok wajib pajak alias NPWP kalau di Indonesia) ... semoga lancar.

Tuesday, January 15, 2008

Bidadari di Apelonia

Sesampainya di kamar setelah hujan-hujanan naik sepeda dari kampus,
malam ini si dosen gila memulai istirahat sejenaknya dengan menonton Ca Bau Kan sambil memasak makan malam berupa "daging" panggang jamur kecap (gimana gak tambah ndut). Sembari makan malam, si dosen gila menanti ada tanda-tanda kemunculan bidadari dari apelonia yang muncul di sudut pojok kanan bawah layar Tecra-nya.

Tuingg, begitu muncul tanda-tanda kehidupana si bidadari apelonia, langsung disambar dengan sapaan yang dijawab dengan ungkapan "memuji" angin yang kadang memang nakal di Amsterdam ini. Lah, tak kuasa jari si dosen gila menari:

wahai bidadari dari apelonia,
andai aku bisa mengendalikan angin
kan kubawa kau terbang
ke tempat angin tidak berkuasa lagi

hening sejenak .... dan dijawab

wahai, pria pencari percikan

tidak kah
ketika hidup tidak di hiasi
api yang terpercik
maka ia akan kehilangan kehangatannya
sekalipun
ia tidak akan pernah kehilangan apinya

dan aku adalah
angin yang membawa api abadi
air yang membawa angin mengalir
mengantarkan jiwa yang sepi
dalam nada aliran

nada aliran itu mengalun
merangkai setiap detik waktu yang terlewatkan
tak pernah menghanyutkan

semua dipeluk dalam rantai kesadaran
untuk kemudian mengantarkan
jiwa yang terhangatkan
kepada muara muara tujuan

dan sang angin bersama alirannya
meneruskan perjalanan….


.... dan dosen gila hanya berdiam, jarinya berhenti menari sementara hatinya bergetar

Mulai nulis blog lagi ...

Yap, anda benar. Dengan ditulisnya "refleksi seorang pemimpi" maka berakhir pula kisah Seta dalam mengejar "mimpi"nya. Sulit ternyata menulis itu kalau dipaksakan jadi cerita, kaku banget rasanya dan malah jadi melow. Hm..hm..hm... Ya sudahlah, at least sudah mencoba menulis daripada tidak sama sekali.

Sekarang Seta sudah tenggelam di dunia mimpinya. Biarlah untuk sementara dia disana. Saatnya Enade "dosen gila" angkat bicara. Tidak lagi membuat cerita fiktif, hanya sekedar membiarkan jari menari dituntun oleh kata hati.

Sebagai post awal dia pertengahan januari 2008 ini dipersembahkan puisi berjudul "Menari dalam diri"

Menari dalam Diri

menari bukan sekedar menggerakkan jari
melainkan bersatu dengan diri
untuk bisa selaras dengan sanubari
diiringi hembusan nafas yang masuk dan keluar lagi
biarkan jari menari sendiri