Friday, February 29, 2008

Cinta pertama selalu abadi?

Angin dingin meniup butir-butir hujan
membasahi jemari tangan
disarungi hanya sampai lengan

cinta pertama tidak bisa mati katanya
jadi mengingatkanku sama dia

Sunday, February 17, 2008

Seminggu bersama Itcha

Yosh ...!

Sepertinya ini tulisan akan panjang deh, secara dosgil lama tidak update (sama seperti salah satu teman dosgil yang ini). Yah biar gampang cerita kali ini akan dibagi menjadi beberapa sub judul meliputi Paklik Ntin (Paklik= panggilan buat adiknya Bapak di Jawa/Yogya), Nijmegen, Koog-Bloemwijk dan Edensor.

Ya.. anda benar, dosgil melewati seminggu ini (dan mungkin minggu berikutnya sampai dapat pengganti Tecra 8100 yang sudah beristirahat dengan tenang) ditemani Itcha yang sudah semakin stabil dan dipercantik dengan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan sehingga sudah cukup powerful untuk menjadi pendamping dosgil. Cerita tetang Itcha dam Tecra 8100 dapat dibaca di postingan sebelumnya.

Paklik Ntin

Dosgil sepertinya tidak punya Paklik yang bernama Ntin. Ada gak ya teman dosgil yang punya nama Ntin? Hm..hm..hm.. Yah Paklik Ntin sekedar judul untuk mengantar membahas hari valentine. Ada apa dengan hari valentine dosgil? Yang jelas dosgil merasa tidak terlalu banyak perbedaan antara hari biasa dan hari valentine di Amsterdam. Tiada kartu dan ucapan yang datang ke dosgil maupun dari dosgil. Berdasarkan hasil mengikuti perbincangan di tempat dosgil biasa nongkrong, di Jepang sepertinya lebih heboh dalam memperingati hari valentine dan juga kelanjutannya yang disebut white day (14 maret). Kalau tidak salah sih, pada hari valentine, para wanita menghadiahi rekan prianya dengan coklat, baik karena pujaan hati maupun sekedar sopan santun sebagai kolega, sedangkan pada white day, para pria yang mendapat "curahan kasih sayang" saat hari valentine membalas dengan tindakan serupa. Ha.. ha.. ha.., coklat jadi laku, perekonomian bergulir.

Ada satu hal yang istimewa yang terjadi pada dosgil di hari valentine tersebut: dosgil bercengkerama minum coklat dan bier bersama bidadari dari apelonia. Dilanjutkan dinner di tempat favorit. Selesai dinner, berjalan menikmati suasana malam di Amsterdam merupakan pilihan yang mungkin romantis. Sayang, malam itu bintang-bintang sengaja bersembunyi di langit kelam. Mungkin iri melihat "kemesraan" di antara kami. Kenapa istimewa? Karena sebenarnya dinner itu merupakan rendezvous biasa yang dirancang jauh-jauh hari karena sulit menemukan waktu yang cocok, dan ternyata waktu yang cocok ya di hari valentine tersebut. Yah, supaya terasa istimewa, kali ini dosgil (yang jarang sekali memberi kado kecuali buku dan sebait dua bait puisi ciptaan sendiri) membawa kado berupa kalung manik-manik. Ssstttt... jangan bilang-bilang dia yah, kalau itu sebenarnya dosgil dapat saat kado silang natal tahun lalu. he..he..he.. Secara dosgil cowok dan tidak pakai kalung ya, mungkin kalung tersebut cocok di bidadari dari apelonia. Malam itu, langit kelam memeram bintang jadi saksi perpisahan yang sangat biasa, sedikit pelukan disertai cium pipi tiga kali. Khas Belanda.

Nijmegen
Setelah melewati malam di hari valentine yang cukup penuh percikan. Hari berikutnya diteruskan dosgil melewati percikan lain: Ke Nijmegen, untuk mengikuti pelatihan bioinformatics terkait research project yang akan digarapnya. Pagi hari, dimulai 2 jam perjalanan menuju Nijmegen. Cuaca cerah namun pepohonan masih menyembunyikan kuncup daunnya. Sesampai di tempat course disambut dengan berbagai latihan-latihan yang cukup menguras otak. Fortunately, dosgil mendapat pasangan pelatihan seorang yang cantik dan cerdas, serta memiliki background yang saling komplemen dengan dosgil. Selanjutnya rutinitas biasa: dinner dengan seluruh peserta pelatihan dilanjutkan sosialisasi di bar hotel tempat kami diinapkan, sampai jam 2.30 dini hari. Hotelnya nyaman namun dosgil tidak bisa tidur nyenyak entah kenapa. Kangen sama Itcha yang baru dikenalnya 5 hari sepertinya.

Keesokan harinya, course dimulai setelah olah raga berupa jalan kaki dari hotel ke tempat hotel (mengikuti langkah dan kecepatan orang Belanda dalam jalan kaki membuat serasa olah raga pagi) yang berjarak 25 menit jalan kaki (ukuran orang Belanda). Yang penting dicatat dalam kesempatan ini, dosgil bertemu dengan seorang pakar dari Jerman lulusan Cambridge yang sepertinya berkenan jadi mentor andai dosgil mengalami beberapa masalah di beberapa waktu mendatang. Yah.. semoga lancar-lancar deh.

Koeg Bloemwijk
Setelah valentine dan course, Minggu merupakan saat yang tepat untuk merenungkan seminggu ke belakang. Dosgil berangkat menuju ke Koog Bloemwijk terkait undangan latihan koor di sana. Rame dan menikmati makanan Indo yang enak dan lumayan mengobati rasa kangen pada keluarga dan Indonesia. Apa lagi ya yang bisa diceritakan ... udah ah ..

Edensor

Ah, dosgil dah capek dan ngantuk. Edensor sudah selesai dibaca untuk kedua kalinya. Kali lain saja akan dosgil sampaikan tulisan terkait Edensor tulisan Andrea Hirata ini. Kisahnya senada dengan cerita Seta, namun lebih bombastis dan dramatis

Merdeka!

Oh ya sekedar iseng:


Which Harry Potter Character Are You?

You are part Hermione. You're a bookworm always in search of answers. When pressed, however, you can always be counted on to put away the books and help your friends.
You are part Dumbledore. You're the wise sage in any group. With your guidance, any situation can be resolved in the fairest way possible.
Find Your Character @ BrainFall.com

Sunday, February 10, 2008

Memeluk Kenyataan (Secangkir Teh Panas untuk Tecra)

lanjutan dari posting sebelumnya

Sudah lebih dari 24 jam, dosgil menyaksikan "jasad" Tecra 8100 yang tergolek tidak berdaya di meja belajar di samping tempat tidur. Dosgil tersenyum setiap matanya beradu pandang dengan LCD hitam yang seperti memanggil-manggil dengan lemah, karena dalam lamunan, angannya terbang ke saat-saat indah dan kadang saat-saat menegangkan sejak si mungil Tecra berada dalam pelukannya, 3 tahun silam.

Hari ini, dosgil menemukan sekeping mukjijat yang luar biasa (Syukur kepada Allah). Sesaat setelah Tecra menghembuskan "nafas terakhirnya", dosgil menceritakan ke semua pihak yang bisa dikontak via telpon termasuk sambil tergopoh-gopoh mendatangi CPPC untuk numpang on line sambil mengabarkan berita ini pada komunitas maya si dosgil. Sepulang dari tempat CPPC, dosgil menyalakan Dji Sam Soe yang sudah pernah dinyalakan hari sebelumnya. Dan tiba-tiba teringat olehnya, rekan seperjuangan dari Indonesia yang sama-sama berjuang mengibarkan bendera merah putih di tanah Belanda (halah...) yang sepertinya memiliki "seonggok barang yang seperti tak berguna di sudut kamarnya menunggu mati, berupa komputer jaman jebot (CPU dengan monitor tabung) dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda dengan Tecra (alm). Rekan tersebut biasa dipanggil Chauft, kekasih dari si tikus ilang. Setelah dosgil kontak dengan Chauft sambil tersedu-sedu (bagian tersedu-sedu ini boong :p )menceritakan "pergi"nya Tecra, Chauft pun mencoba membesarkan hati dosgil, bahwa seonggok barang yang seperti tak berguna di sudut kamarnya menunggu mati" (kepanjangan mari kita sebut saja si Itcha, alias "istri tua" Chauft) masih bisa dipakai dengan normal dan dapat di[injam oleh dosgil untuk sementara, dan Chauft berjanji akan mengontak dosgil bila sudah dekat di kamar mungilnya. Tidak jauh dari "kandang beruang"nya dosgil.

Baiklah, sembari menunggu Chauft, kita kenang saat-saat terakhir kehidupan Tecra 8100 ini. Jadi, setelah dosgil masuk kamar dan berganti pakaian, dosgil menyalakan water heater dan dengan air panasnya membuat segelas teh panas. Nah, salah satu kebiasaan buruk dosgil yang sudah dingatkan banyak orang adalah: menaruh gelas penuh cairan disamping laptop yang sedang menjalankan fungsinya. Dosgil hanya tersenyum dan menjawab dengan argumentasi yang lemah atau mengalihkan pembicaraam tiap kali diingatkan. Dan saat itu, kebiasaan tadi berakibat fatal: saat dosgil memutar badan untuk mengambil agenda, siku dosgil tidak sengaja menyenggol gelas penuh dengan teh tersebut dan membuat si mungil Tecra "menikmati" teh tersebut dan kemudian pamitan. Si mungil Tecra "pergi" tepat 24 jam setelah menghantarkan dosgil menyelesaikan tahapan akhir studi S2-nya, presentasi master thesis. Dosgil sambil melihat langit-langit terkenang kembali saat dia memutuskan untuk mengganti Fujitsu Pentium IInya dengan Tecra ini 3 tahun silam. Fujitsu sudah harus diganti karena baterai sudah tidak berfungsi sehingga kalau mati lampu, bye-bye, data yang belum di-save dapat dipastikan bablas. Nah saat akan tukar tambah, dosil langsung jatuh cinta pada Tecra 8100 ini yang berstatus "janda" yang tersenyum manis di sudut toko laptop bekas di perempatan jakal-ringroad, Yogyakarta. Sejak saat itu, si mungil Tecra sah menjadi pendamping dosgil, namun baru jatuh kepelukan dosgil beberapa hari setelah dosgil meminta beberapa aplikasi untuk di-install di dalamnya untuk mempermolek kinerja si Tecra ini. Kalau menghitung jasa si Tecra, jelaslah sejak saat itu menjadi pendamping dosgil dalam mempersiapkan bahan kuliah, jadi pendamping setia saat memberikan kuliah, tempat adu pendapat soal penelitian, dan juga pemberi hiburan saat ngelangut sendiri. Sempat Tecra ngambek sesaat mau diajak ke Belanda, yang akhirnya dosgil mengambil keputusan untuk "menyekolahkan" Tecra supaya upgrade kemampuan dari 12 GB, CD-ROM, dan RAM 64 menjadi 40 GB, DVD/CDRW, dan RAM 256. Dan Tecra menjadi lebih powerful. Setelah bersama dosgil melintasi benua dan samudra, mendaratlah Tecra ini ke Belanda, menjadi tumpuan dosgil dalam berkomunikasi dan menempuh kehidupan di negeri asing. Tugas demi tugas selesai lewat bantuan tangan dingin si Tecra. Postingan di tempat nongkrong juga meningkat drastis sehingga bisa semakin erat di komunitas maya. Major Project, Minor Project, Master Thesis pun dilewatinya dengan gagah berani meski jika dibanding laptop pecinta Mac seperti milik Bidadari dari Apelonia yang lagi menjamur di blantika mahasiswa saat ini, si Tecra kelihatan dekil namun tangguh. Dan setelah menghantarkan dosgil menghela nafas lega selesai presentasi master thesis. Tecra berpulang. Sekali lagi, selamat jalan Tecra, terima kasih.

Haish..haish .. segitunya.. Sudah.. sudah.. sudah cukup. Nanti masih bisa dibawa pulang ke Indo dan diakali disana. Orang Indo kan banyak akal ..hua..ha..ha..ha..
Mari kita kembali ke Itcha .. hm..hm.. koq sepertinya kepanjangan ya posting kali ini. Kita lanjut kali lain deh.

Merdeka!

Saturday, February 09, 2008

Selamat Jalan TECRA 8100

Sudah lega, bisa kembali lagi ke dunia maya.

Fyi, Tecra 8100 (upgraded, HD 40 GB, RAM 256, dan DVD Combo) milik dosgil telah pamitan kemarin setelah menghantarkan dosgil melewati tahap akhir program master ini dengan "minum" segelas teh panas. Selamat jalan my beloved Tecra, terima kasih.

Lho.. Tecra koq bisa minum teh panas? Si dosgil lalu dengan senyum kecut bercerita bahwa kemarin setelah seharian berkeliling tidak jelas mengurus administrasi untuk bisa diikutkan rapat exam commitee hari Rabu mendatang, dosgil mencari Mas Lukman untuk bercerita-cerita sekaligus mencari informasi mengenai Centrifuge pesenan Romo Sunu dan dilanjutkan makan siang (tapi dilakukan jam 5 sore ha..ha..ha...). Setelah tidak tahu mau ngapain lagi hari itu. Dosgil pulang dengan damai.

Kisah selanjutnya nanti lagi deh ... masih mellow nih ..ha...ha..h.a..

Thursday, February 07, 2008

Javanese English ... hua..ha..ha..ha..

Hari ini dosgil melewati hari-hari sesuai dengan yang diharapkan. Setelah kemarin menderita karena demam dan sakit kepala ditambah batuk berdahak. Pagi ini dosgil terbangun dengan perasaan sehat dan segar, meski kadang-kadang batuk berdahak masing menyeruak.

Ya, hari ini hari istimewa, selain hari ini adalah hari tahun baru Imlek, dosgil dijadwalkan untuk presentasi master thesis sebagai tahap akhir program master sekaligus menyongsong memasuki jenjang selanjutnya (kalau Tuhan tidak berkehendak lain).

Dosgil menulis thesis ini sejak November silam dengan tertatih dan sering mengurung diri di kamar (alhasil bisa mengupdate blog ha...ha..ha..). Setelah melalui tahap dimana semua halaman tidak ada yang tanpa bekas coretan untuk diperbaiki, akhirnya dua minggu yang lalu ditanya: masih mau direvisi atau final. Sontak dosgil langsung menjawab, " final". Lalu draft thesis dijilid dan diserahkan untuk dinilai dan menunggu saat untuk presentasi. Dan inilah saat-saat menegangkan itu.

Kembali ke pagi hari setelah bangun tidur dengan kondisi cukup segar. Sembari makan pagi, dosgil menelpon Indonesia untuk memohon restu dari orang-orang tercinta. Kemudian dosgil memperbaiki sedikit file presentasinya dan kemudian melepas laptop dari singgasananya. Laptop yang jarang dibawa kemana-mana ini, akan menjadi saksi penampilan dosgil dalam "menyihir" bule-bule di negara Walandi ini. Setelah mempersiapkan diri dan mengenakan "pakaian kesayangan" (bisa dilihat fotonya di link sok serius; bajunya sama he..he..he..), dosgil berangkat ke kampus untu k.... makan siang. He..he..he.. lha presentasinya masih jam 4 sore koq. Makan siang saat ini dosgil memanjakan diri sendiri dengan makan pizza dan ikan goreng saos tomat.

Setelah makan siang, dosgil menuju "medan pertempuran". Dibantu CPPC melakukan setting medan pertempuran: 1. laptop on; 2. projector on; 3. laptop-projector well connected; nah masalah sekarang bagaimana menutup jendela supaya ruangan tidak terlalu terang. Gordyn tidak bisa ditutup. CPPC dan aku berusaha menarik gordyn dan tidak bergeming. Ya sudahlah setidaknya lampu dimatikan. Dosgil bergerak ke pojok depan kanan ruangan dan memencet saklar bertujuan mematikan lampu. Eh...lho..lho.. koq gordyn-nya nutup sendiri. Ha..ha..ha..ha... dasar "country boy" (terjemahan bebasnya: "cah ndeso"). Oke semua dah disetting dan para penggembira mulai berdatangan. Setelah para penguji lengkap, presentasi dimulai. Dasar dosgil, di sela-sela presentasi amsih juga menyempatkan diri mengamati kondisi para audiens: ada yang ngantuk di dekat pintu, ada yang mencatat serius (mungkin mengerjakan pe-er) di pojok belakang, ada yang melempar senyum saat tidak sengaja beradu pandang dengan dosgil, sedangkan para suporter dari Indonesia terlihat seperti menahan ketawa. Setelah presentasi selesai, dan sesi tanya jawab dimulai, suasana semakin cair secara dosgil selalu menjawab pertanyaan dengan lugas dan pede (salah betul urusan belakang). he..he..he..

Presentasi usai, audiens telah meninggalkan ruangan, dosgil juga diusir keluar menanti hasil penilaian "dewan penguji". Yap, puji Tuhan, dinyatakan "lulus", berkas-berkas administrasi akan diurus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Oh ya, ada special remark dari "dewan penguji": katanya dosgil punya a unique accent dan pronunciation. Setelah dosgil konfirm dengan rekan-rekan Indo sembari merayakan kecil-kecilan di sebuah resto junk food, apa sih yang dimaksud? Mungkin karena dosgil sangat medok aksen Jawanya maka presntasi in English pun pakai Javanese English yang punya unique accent dan pronunciation. Hua..ha..ha.... dasar "country boy". Jadi teringat Pak Hendro yang ngajar Reading Class saat ambil Extension English Course di Universitas Sanata Dharma dulu.

Hmppfff.... terima kasih teman-teman atas dukungannya.

(Secangkir teh dan parasetamol 500 mg sudah menanti untuk meredakan nyeri kepala yang tiba-tiba muncul.)

Wednesday, February 06, 2008

Secangkir teh untuk 500 mg paracetamol

Dosgil melangkah lemah gemulai, eh bukan, lemah lunglai masuk ke kamarnya setelah sejak siang tadi melakukan serangkaian agenda check sound untuk acara penting besok. Acara apa? Hm..hm..hm.. tunggu update dari dosgil besok saja. Yang jelas masih ada yang perlu dibenahi. Dan mungkin setelah istirahat akan lebih baik.

Lemah lunglai? Yup, karena sepertinya daya tahan tubuh menurun dan terserang common cold. Tolak angin dah menipis, secangkir teh hangat untuk 500 mg paracetamol dan vit C dosis tinggi (terpengaruh plasebonya Pauling) dan mempersiapkan air putih secukupnya untuk diminum. Semoga besok kondisi cukup kuat untuk melakukan suatu agenda besar.

Parasetamol sepertinya bekerja cukup baik saat ini, nyeri dan demam serasa berkurang, lemah lunglai bisa digeletakkan di atas kasur yang empuk. Teringat dosgil sama sifat toksik parasetamol yang sering digunakan untuk bunuh diri. Hmm..hm..hm... sepertinya riskan juga kalau diposting disini mengingat komen Bung Iman di posting sebelum ini.

Secangkir teh, sebutir parasetamol 500 mg, sebutir vit C dosis tinggi, sebungkus mie instant, 3 lembar choi sum, 1 helai brokoli, 3 butir bakso, 1 butir wantan, istirahat yang cukup dan doa dari rekan-rekan semua semoga membuat cerita yang diupdate besok merupakan cerita yang happy from the begginning till the end.

πάτερ, εἰς χεῖράς σου παρατίθεμαι τὸ πνεῦμά μου

Saturday, February 02, 2008

Bunga Mawar di Ujung Koridor

Aku lelaki yang tidak suka bunga. Bunga memang indah, memberi warna tersendiri dan juga pertanda akan adanya kehidupan. Namun, bunga tetaplah bunga yang aku tidak suka. Mengapa aku tidak suka bunga? Aku tidak tahu, hanya saja tidak suka disini tidak sama dengan benci. Ketidaksukaanku pada bunga karena aku tidak mau bunga mengganggu kehidupanku, so aku juga tidak mengganggu kehidupan bunga.

Setiap hari aku keluar dari apartemenku dan menemukan bahwa bunga hari ini berbeda dengan bunga kemarin dan juga pasti akan berbeda dengan bunga keesokan harinya. Hari demi hari aku menyadari bahwa anginlah yang membuat bunga-bunga itu berubah. Angin yang berhembus entah darimana dan kemana, membawa serbuk sari untuk disebarkan pada tanaman yang menunggunya dan mengubah para bunga itu. Aku bukan angin yang berubah dan membawa perubahan pada bunga. Tapi, aku cemburu pada angin. Andai aku bisa mengendarai angin. Andai ...

Dan cerita ini sampai pula pada suatu ketika. Bunga mawar tumbuh di ujung koridor tempat aku tinggal. Aku tidak peduli. Kutemukan juga di ujung koridor tempat aku bekerja. Aku tidak peduli. Hadir bunga itu di ujung koridor kafe tempat aku duduk menikmati sebatang Dji Sam Soe dan segelas teh hangat setiap akhir minggu. Aku tidak peduli.

Kemarin malam aku berjalan dari kafe ke apartemen dan menemukan bunga mawar di ujung koridor mekar mewangi dan menyapa dengan takjub dan anggun. Dengan sopan aku menundukkan badan membalas sapaannya. Malam itu angin kencang sekali berhembus. Andai aku bisa mengendarai angin. Andai ...

Tadi pagi aku terbangun dengan letih kedinginan. Semalaman melawan rasa dingin yang dihembuskan angin melalui lubang di sela-sela pintu kamar tidurku. Tertatih aku bangkit menuju kamar mandi. Dan tidak kutemukan lagi bunga mawar di ujung koridor tempat tinggalku. Kucari di ujung koridor tempat kerjaku dan juga di kafe, tiada pula kutemui. Hanya kutemukan sisa langkah angin yang lewat tempat itu malam tadi. Angin kembali membawa bunga ke dalam perubahan. Juga bunga mawar yang menyapaku kemarin malam.

Aku berlari ke lantai teratas gedung apartemenku dan mengejar angin. Meloncat dari atap tertinggi berusaha menangkap angin dan mengendarai angin. Aku terbang, aku mengendarai angin, mencari kemana bunga mawar yang menyapaku pergi.
*******

Di koran hari ini tertera berita kecil di ujung kanan bawah halaman tengah. Ada seorang diduga menjatuhkan diri dari lantai tertingi apartemen dan jatuh tepat di taman bunga mawar biru yang tumbuh di tengah salju. Tidak ada tanda-tanda kekerasan ditemui. Di kamar tempat tinggalnya ditemui komputer dan televisi yang masih menyala. Empat bungkus snack coklat. Dji Sam Soe yang baru terbakar separo. Sop yang tidak dihabiskan dan segelas teh yang sudah dingin. Tidak ditemukan pesan terakhir.

Disclaimer: cerita ini fiksi belaka.

Friday, February 01, 2008

Belajar sabar ... ha... ha.. ha...

Wuihhh ... angin berhembus kencang sekali di luar hospitium 431 berhati nyaman, eh membawa dosgil jadi teringat masa-masa bujang penuh gairah dan suka lupa kalau jarak terpendek yang menghubungkan dua titik adalah sebuah garis. Pendek memang tapi kadang kurang indah dibanding berkelok-kelok baru sampai titik satunya. Sayang kalau berkelok-kelok lelah mengikutinya ... ha..ha..ha.. bingung tho bacanya. Dosgil sendiri juga bingung koq.

Salah seorang rekan dosgil menyempatkan diri mampir di blog ini dan meninggalkan banyak komentar, salah satunya mengingatkan dosgil pada saksang B2-nya Bang Ucok (huaaaa... pengen .... gak ah .. diet .. halah, nulisnya ini baru makan 3 potong B2 goreng selebar telapak tangan). Matur nuwun sanget bos ... Mugi-mugi tetap menulis terus dan menjadi motivasi bagi banyak orang. Oh ya blognya rekan dosgil dapat dilirik di sini.

Seminggu yang lalu pada jam yang sama dosgil mendapat email dari supervisor untuk merevisi bagian kesimpulan dan saran untuk skripsinya. Saat ini, email dari beliau yang sama menyatakan ujian terbuka dilakukan tanggal 7 Februari. Wuaa... sekilas yang terucap saat mendapat kabar itu adalah, "Tuhan beri aku kekuatan." Yup, semakin lama di negeri yang dingin dan berangin ini, dosgil jadi banyak dilatih untuk sabar. Entah dah lulus atau belum, yang jelas ujian kesabaran, untuk bisa mengkuti kelokan kurva yang menghubungkan dua titik yang sering tidak lurus, selalu menyertai. Ah, kalau mau bercerita saat-saat pertama datang di Belanda, sepertinya Seta lebih pantas bercerita. Di saat ini ujian kesabaran mendera seperti tidak berhenti yang semakin menyadarkan bahwa "manusia apa artinya, hidupmu kosong dan hampa, perbuatanmu sia-sia, ... ". Tapi entah, apakah kesadaran ini akan mampir lama atau hanya saat ini saja ... :p

Ujian kesabaran macam apakah? Mungkin bagi sebagian rekan pembaca menganggap ini hal bisa, namun bagi dosgil hal-hal tersebut bisa menyembuhkan kegilaannya (Dosgil gak gila kan repot, hanya jadi dosen biasa). Hari ini, tanggal 1 Februari 2008, seharusnya dosgil sudah mulai menikmati status baru sebagai "pekerja" di laboratoriumnya VU, namun karena belum ada kabar dari pihak imigrasi, dosgil masih berstatus sebagai mahasiswa. Mau marah.. sama siapa? Orang memang sistem di Belanda aneh gini koq. Masih mending Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati Sleman deh kalau urusan yang seperti ini. Ya sudah dinikmati saja (meski mendongkol karena makna perbedaan status berarti perbedaan pendapatan ha..ha.ha...).

Di lain pihak, tadi dosgil belanja di supermarket. Tidak sengaja melihat kerumunan bunga dipintu masuk dan diatasnya ada semacam pengumuman dengan gambar seorang lelaki sedang tersenyum. Dosgil mengamati pengumuman yang ditulis dalam bahasa Belanda tersebut, dengan gaya sok tahu. Lalu ada ibu-ibu tua datang mengajak bicara dalam Bahasa Belanda. Kemudian dosgil pasang tampang asli (=tampang blo'on), dan kemuidan si Ibu mengubah bahasa yang dipakai mejadi bahasa Inggris yang mengalami hibrida dengan bahasa Tarzan. Ow... ternyata itu sebuah ucapan duka kepada seorang "homeless" yang biasa tidur di tempat itu dan ditemukan meninggal seminggu yang lalu. Mendengar penjelasan itu dosgil mundur tiga langkah, hormat senjata, balik kanan dan bubar jalan. Bo'ong ding. Yang benar adalah mundur selangkah dan mengamati bunga-bunga (yang mahal tapi tidak semahal Jenmanii) yang diatur rapi dengan berbagai kartu ucapan untuk seorang "homeless" yang mungkin menyemarakan hati orang yang lewat tempat iru dengan senyumnya dan sapaan "Goede Morgen" setiap hari. Bahkan mungkin juga seorang pahlawan bagi satu atau lebih pihak-pihak yang pernah mendapat bantuan darinya. Mungkin ... Iya memang banyak mungkin-mungkin lain yang positif yang bisa dibayangkan, hampir sama banyak dengan mungkin-mungkin negatif yang dapat dipikirkan. Tapi daripada berpikir begatif kan lebih baik berpikir positf...

Hmm... makin lama makin ngelantur tulisan ini.

Oke deh .. prettige weekend!